JAKARTA - Kebumen kembali menjadi sorotan nasional ketika Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengunjungi Rumah Inklusif Kebumen.
Kunjungan ini menegaskan perhatian pemerintah terhadap pemberdayaan komunitas difabel yang lahir dari semangat kemandirian dan solidaritas sosial.
“Rumah Inklusif Kebumen ini luar biasa. Merangkak dari bawah dengan pengorbanan, kemandirian, ketekunan, dan kesabaran mewujudkan harapan,” ujar Cak Imin.
Ia mendorong agar model serupa bisa diterapkan di berbagai daerah di Indonesia sebagai bentuk replikasi pemberdayaan difabel.
Dialog Pemberdayaan Berbasis Komunitas
Kunjungan diawali dengan acara Dialog Pemberdayaan Afirmatif Berbasis Komunitas di Rumah Inklusif. Cak Imin hadir bersama jajaran kementerian, disambut hangat Bupati Kebumen Lilis Nuryani, Wakil Bupati Zaeni Miftah, anggota legislatif, dan pejabat daerah.
Founder Rumah Inklusif Kebumen, Muinatul Khoiriyah (Iin), bersama suaminya Ahmad Murtajib, memberikan sambutan hangat. Acara semakin semarak dengan fashion show yang menampilkan anggota komunitas disabilitas mengenakan Batik Pegon, karya khas Kebumen yang memadukan batik tradisional dan aksara Arab.
Penampilan itu mendapat pujian dari Cak Imin dan para tamu undangan, mencerminkan keberhasilan komunitas dalam mengangkat budaya lokal sekaligus memberdayakan anggotanya.
Berdasar Kepedulian Pribadi
Iin menceritakan perjalanan Rumah Inklusif Kebumen yang dirintis sejak 2011. Inspirasi tersebut lahir dari pengalaman pribadinya sebagai orangtua anak berkebutuhan khusus yang kerap menghadapi stigma sosial.
Ia mendirikan komunitas untuk mendampingi keluarga difabel, terutama mereka yang pernah mengalami perundungan, keterasingan, dan krisis kepercayaan diri.
“Kalau bicara keluarga, kami memiliki ratusan anggota. Rumah ini memang bukan asrama, tapi selalu ramai karena menjadi tempat tinggal dan belajar bersama,” tutur Iin. Ia juga menyampaikan aspirasi orangtua difabel agar pemerintah memperhatikan beban psikologis dan ekonomi mereka.
“Sekaya-kayanya keluarga, ketika punya anak difabel, sungguh sangat berat,” ucap Iin lirih.
Empati dan Dukungan Pemerintah
Cak Imin merespons dengan empati. Ia menegaskan bahwa perjuangan orangtua dan pendamping merupakan bagian penting dari ekosistem pemberdayaan difabel.
“Tugas kita semua adalah memastikan ruang penghormatan yang sama bagi difabel, serta memerangi bullying dan diskriminasi,” tegasnya.
Dalam sesi dialog, seorang ibu menceritakan perjuangan membesarkan anak difabel setelah ditinggalkan suami. Momen haru ini direspons Cak Imin dengan kata-kata yang menggugah:
“Allah tidak akan memberikan anak istimewa kepada orangtua yang tidak istimewa. Karena itu, Bapak dan Ibu semua adalah orang-orang istimewa,” ujarnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Sebagai dukungan konkret, pemerintah menyerahkan Permodalan Nasional Madani (PNM) senilai Rp 50 juta, serta bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial dari Sentra Satria Baturaden senilai Rp 205,5 juta. Bantuan ini mencakup pemenuhan kebutuhan hidup layak, penyediaan alat bantu aksesibilitas, dan dukungan kewirausahaan bagi komunitas difabel.
Pemkab Kebumen Perluas Pembangunan Inklusif
Bupati Kebumen Lilis Nuryani menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memperluas kebijakan pembangunan inklusif, mencakup pembangunan berkeadilan gender, disabilitas, dan inklusi sosial.
“Atas komitmen itu, Pemkab Kebumen meraih Anugerah Prakarsa Inklusi dari Komisi Nasional Disabilitas (KND) Republik Indonesia,” ujar Lilis. Penghargaan ini diterima usai Hari Jadi ke-396 Kebumen.
Selain itu, Pemkab Kebumen juga menerima Mandaya Awards 2025 kategori kabupaten atas keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan, diserahkan langsung oleh Cak Imin.
Dorongan bagi UMKM Lokal
Setelah kunjungan ke Rumah Inklusif, Cak Imin meninjau Alun-alun Pancasila Kebumen untuk menghadiri Dialog Interaktif bertema “Membangun Kemandirian Ekonomi melalui UMKM Mikro”. Ia juga berbelanja di Pameran UMKM Kebumen Wastra Kriya Festival 2025, menampilkan produk unggulan seperti kuliner, kriya, dan fesyen lokal.
Cak Imin menyoroti tantangan klasik yang dihadapi pelaku UMKM, yaitu akses permodalan dan literasi keuangan.
“Tanggung jawab pemerintah adalah memberi kemudahan akses permodalan melalui program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), LPDB, PNM, dan Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Tapi pelaku UMKM juga harus aktif memanfaatkan semua potensi yang tersedia,” kata Cak Imin.
Ia menekankan bahwa selain modal, pelaku usaha juga memerlukan mental tangguh dan kemampuan mengelola keuangan. Cak Imin memberikan apresiasi kepada Inamikro, lembaga yang berhasil memadukan pendanaan dengan pendampingan usaha, dan melakukan penandatanganan kerja sama dengan Disperindag KUKM Kebumen sebagai lanjutan program pendampingan UMKM lokal.
Perlindungan Pekerja Penderes
Dalam kegiatan yang sama, dilakukan penyerahan simbolis Program Perlindungan bagi 2.661 pekerja penderes kelapa yang tergolong berisiko tinggi. Iuran jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan mereka dibayarkan oleh pemerintah daerah melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) 2025.
Selain itu, diserahkan santunan BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp 190,51 juta kepada ahli waris almarhum Ahmad Khakim, perangkat Desa Pondok Gebangsari, Kecamatan Kuwarasan. Santunan ini mencakup jaminan kematian, Jaminan Hari Tua (JHT), beasiswa pendidikan untuk dua anak, dan pensiun bulanan.
Secara simbolis, 50 pekerja Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kebumen Bumirejo 1 juga menerima kartu kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan aktif, sebagai bentuk perlindungan pekerja yang nyata.
Kunjungan Cak Imin ke Kebumen menegaskan peran pemerintah dalam mendorong pemberdayaan difabel, dukungan UMKM, dan perlindungan pekerja.
Rumah Inklusif Kebumen menjadi teladan yang diharapkan dapat direplikasi di seluruh Indonesia, menjembatani kemandirian ekonomi dan sosial bagi komunitas difabel.
Dengan dukungan pemerintah, semangat gotong royong, dan keberanian mengangkat budaya lokal, model pemberdayaan ini diyakini mampu memperkuat inklusi sosial di tingkat nasional.